Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terjemah Alfiyah ibnu Malik Bab Nasab | النَّسَبُ

Terjemah Alfiyah ibnu Malik Bab Nasab | النَّسَبُ

Alfiyah (ألفية ابن مالك) / alfiyah ibnu malik adalah kitab syair (berirama) tentang tata bahasa Arab dari abad ke-13. Kitab alfiyah ditulis oleh seorang ahli bahasa Arab kelahiran (andalusia) Jaén, Spanyol yang bernama Ibnu Malik (w. 672 H /22 Februari 1274 M). kitab Al-Ajurrumiyah dan Kitab Alfiyah adalah di antara kitab yang banyak dipelajari dan dihapalkan siswa pesantren selain Al-Qur'an. Kitab ini setidaknya memiliki 43 kitab penjelasan (syarah) dan merupakan salah satu dari kitab pendidikan bahasa Arab. berikut terjemah bab


Bab Nasab / النَّسَبُ

يَاءً كَيَا الْكُرْسِيِّ زَادُوا لِلْنَّسَبْ *** وَكُلُّ مَا تَلِيْهِ كَسْرُهُ وَجَبْ

Huruf ya seperti huruf ya pada lafaz kursiyyun, mereka tambahkan (di akhir lafaz) untuk tujuan nasab, dan semua huruf yang menyertainya wajib di-kasrah-kan


وَمِثْلَهُ مِمَّا حَوَاهُ احْذِفْ وَتَا *** تَأْنِيْثٍ أوْ مَدَّتَهُ لاَ تُثْبِتَا

Huruf semisal dengan ya, yang terkandung dalam lafaz yang ber sangkutan harus dibuang, begitu pula ta ta'nits atau huruf madd- nya, keduanya jangan dibiarkan tetap (buanglah).


وَإِنْ تَكُنْ تَرْبَعُ ذَا ثَانٍ سَكَنْ *** فَقَلْبُهَا وَاواً وَحَذْفُهَا حَسَنْ

Apabila huruf ta-nits madd terletak pada urutan yang keempat, sedangkan huruf keduanya di-sukun-kan, maka huruf madd ta-nits harus diganti dengan wawu, tetapi membuangnya adalah lebih baik.


لِشِبْهِهَا الْمُلْحِقِ وَالأَصْلِيِّ مَا *** لَهَا ولِلأَصْلِيِّ قَلْبٌ يُعْتَمَى

Sama dengan alif ta-nits yaitu alif ilhaq, sedangkan alif yang asli tidaklah demikian, bagi alif yang asli menurut pendapat yang terpilih diganti (wawu).


وَالأَلِفَ الْجَائِزَ أَرْبَعا أَزِلْ *** كَذَاكَ يَا الْمَنْقُوصِ خَامِسَاً عُزِلْ

Buanglah alif asli yang terletak pada urutan lebih dari empat, demikian pula ya manqush yang terletak pada urutan kelima.


وَالْحَذْفُ فِي الْيَا رَابِعَاً أَحَقُّ مِنْ *** قَلْبٍ وَحَتْمٌ قَلْبُ ثَالِثٍ يَعِنّ

Membuang ya manqush yang terletak pada urutan keempat adalah lebih benar daripada menggantikannya (dengan wawu), tetapi diha ruskan menggantikan ya manqush yang berada pada urutan ketiga.


وَأَوْلِ ذَا الْقَلْبِ انْفِتَاحَاً وَفَعِلْ *** وَفُعِلٌ عَيْنَهُمَا افْتَحْ وَفِعِلْ

Sertakanlah pergantian ini dengan harakat fathah pada sebelum nya, dan fathah-kanlah wazan fa'ilun serta fu'ilun, dan pula wazan fi'ilun.


وَقِيْلَ فِي الْمَرْمِيِّ مَرْمَويُّ *** وَاخْتِيْرَ فِي اسْتِعْمَالِهِمْ مَرْمِيُّ

Menurut suatu pendapat dikatakan marmawiyyun sebagai bentuk nasab marmiyyun, tetapi yang lebih dipilih dalam penggunaan mereka adalah marmiyyu.


وَنَحْوُ حَيٍّ فَتْحُ ثَانِيْهِ يَجِبْ *** وَارَدُدْهُ وَاوَاً إِنْ يَكُنْ عَنْهُ قُلِبْ

Diwajibkan mem-fathah-kan huruf yang kedua dalam hal seperti lafaz hayyun, lalu kembalikanlah menjadi wawu apabila berfungsi sebagai pengganti wawu.


وَعَلَمَ الْتَّثْنِيَةِ احْذِفْ لِلْنَّسَبْ *** وَمِثْلُ ذَا فِي جَمْعِ تَصْحِيْحٍ وَجَبْ

Buanglah alamat tanits demi nasab, dan sama dengan hal ini jamak tashhih, yaitu wajib dibuang alamatnya.


وَثَالِثٌ مِنْ نَحْوِ طَيِّبٍ حُذِفْ *** وَشَذَّ طَائِيُّ مَقُوْلاً بِالأَلِفْ

Huruf ketiga dari lafaz seperti thayyibun harus dibuang, dan dianggap syadz bentuk nasab thaa'iyyun bila diucapkan dengan memakai alif.


وَفَعَليٌّ فِي فَعِيْلَةَ الْتُزِمْ *** وَفُعَلِيٌّ فِي فُعَيْلَةٍ حُتِمْ

Wazan fa'liyyun telah ditetapkan bagi lafaz yang berwazan fa'ii- latun, dan wazan fa'aliyyun diharuskan bagi lafaz yang berwazan fa'iilatun


وَأَلْحَقُوا مُعَلَّ لاَمٍ عَرِيَا *** مِنَ الْمِثَالَيْنِ بِمَا الْتَّا أُوْلِيَا

Mereka menyamakan lafaz mu'tal lam yang terbebas dari ta ta-nits dari kedua contoh di atas, yakni disamakan dengan lafaz yang disertai oleh ta ta-nits.


وَتَمَّمُوا مَا كَانَ كَالْطَّوِيْلَهْ *** وَهكَذَا مَا كَانَ كَالْجَلِيْلَهْ

Mereka meng-itmam-kan (melengkapkan) lafaz yang memiliki wazan seperti lafaz thawiilatun, demikian pula lafaz yang memiliki wazan seperti jaliilatun.


وَهَمْزُ ذِي مَدٍّ يُنَالُ فِي الْنَّسَبْ *** مَا كَانَ فِي تَثْنِيَةٍ لَهُ انْتَسَبْ

Hukum hamzah yang mamdudah (dipanjangkan), dalam nasab memperoleh ketentuan apa yang telah ditetapkan dalam bentuk tatsniyyah-nya.


وَانْسُبْ لِصَدْرِ جُمْلَةٍ وَصَدْرِ مَا *** رُكِّبَ مَزْجَاً وَلِثَانٍ تَمَّمَا

Buatlah nasab pada shadr jumlah dan shadr lafaz yang di-tarkib mazjikan, sedangkan yang 'ajz-nya sempurnakanlah,


إِضَافَةً مَبْدُوءةً بِابْنٍ أَوَ ابْ *** أَوْ مَالَهَ الْتَّعْرِيْفُ بِالْثَّانِي وَجَبْ

untuk tarkib idhafii dimulai dengan ibnu atau abun, atau bagi lafaz yang pasti diketahui dari tarkib yang kedua.


فِيْمَا سِوَى هذَا انْسُبَنْ لِلأَوَّلِ *** مَا لَمْ يُخَفْ لَبْسٌ كَعَبْدِ الأَشْهَلِ

Selain dari hal yang telah disebutkan, maka nisbat-kanlah kepada yang pertama, selagi tidak dikhawatirkan akan terjadi labs, seperti lafaz 'abdul asyhal.


وَاجْبُرْ بِرَدِّ الَّلاَمِ مَا مِنْهُ حُذِفْ *** جَوَازَاً إِنْ لَمْ يَكُ رَدُّهُ أُلِفْ

Paksakanlah untuk mengembalikan lam dari lafaz yang lam pernah dibuang daripadanya secara jawaz, yaitu apabila pengembalian lam-nya tidak terbiasa,


فِي جَمْعَي الْتَّصْحِيْحِ أَوْ فِي الْتَّثْنِيَهْ *** وَحَقُّ مَجْبُوْرٍ بِهَذِي تَوْفِيَهْ

dalam kedua jamak tashhih atau dalam tatsniyah. Keharusan bagilafaz yang dipaksakan melalui ketentuan ini adalah demi kesempurnaannya.


وَبِأَخٍ أخْتَاً وَبِابْنٍ بِنْتَا *** ألحِقْ وَيُونُسُ أَبَى حَذْفَ التَّا

Samakanlah lafaz ukhtun dengan lafaz akhun dan lafaz bintun dengan lafaz ibnun, tetapi Imam Yunus menolak untuk membuang ta nya


وَضَاعِفِ الثَّانِيَ مِنْ ثُنَائي *** ثَانِيْهِ ذُوْ لِيْنٍ كَلاَ وَلاَئِي

Mudha'af-kanlah huruf yang kedua dari lafaz tsuna-ii, yaitu yang huruf keduanya merupakan huruf len, seperti lafaz laa bentuk nasab-nya menjadi laa-iyyun


وَإِنْ يَكُنْ كَشِيَةٍ مَا الْفَا عَدِمْ *** فَجَبْرُهُ وَفَتحُ عَيْنِهِ الْتُزِمْ

Apabila lafaz yang di-nasab-kan seperti lafaz syiyatun yang huruf ya-nya dibuang, maka merupakan suatu keharusan huruf ya dipaksa untuk dikembalikan dan huruf 'ain-nya di-fathah-kan


وَالْوَاحِدَ اذْكُرْ نَاسِبَاً لِلْجَمْعِ *** إِنْ لَمْ يُشَابِهْ وَاحِدَاً بِالْوَضْعِ

Sebutkanlah bentuk mufrad untuk me-nasab-kan jamak, apabila bentuk nasab-nya tidak mirip dengan bentuk nasab mufrad


وَمَعَ فَاعِلٍ وَفَعَّالٍ فَعِلْ *** فِي نَسَبٍ أَغْنَى عَنِ الْيَا فَقُبِلْ

Wazan faa'ilun, fa'-'aalun dan fa'ilun adalah untuk nasab lafaz yang tidak memerlukan ya nasab; hal ini dapat diterima.


وَغَيْرُ مَا أَسْلَفْتُهُ مُقَرَّرَا *** عَلَى الَّذِي يُنْقَلُ مِنْهُ اقْتُصِرَا

Selain dari hal-hal yang telah kami sebutkan di muka ketetapan-ketetapannya, maka hal itu hanya terbatas kepada dalil naqlii

Posting Komentar untuk "Terjemah Alfiyah ibnu Malik Bab Nasab | النَّسَبُ"