Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Hak Talak
![]() |
Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Hak Talak |
Bab Hak Talak
(فَصْلٌ) فِيْ طَلَاقِ الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَغَيْرِ ذَلِكَ
(Fasal) menjelaskan hak talak suami yang merdeka, suami yang berupa budak dan permasalahan-permasalahan yang lain.
(وَيَمْلِكُ) الزَّوْجُ (الْحُرُّ) عَلَى زَوْجَتِهِ وَلَوْ كَانَتْ أَمَّةً (ثَلَاثَ تَطْلِيْقَاتٍ
Suami yang merdeka memiliki hak talak tiga kali atas istrinya walaupun istrinya berstatus budak.
وَ) يَمْلِكُ (الْعَبْدُ) عَلَيْهَا (تَطْلِيْقَيْنِ) فَقَطْ حُرَّةً كَانَتِ الزَّوْجَةُ أَوْ أَمَّةً
Dan suami yang berstatus budak hanya memiliki hak talak dua kali atas istrinya, baik istrinya berstatus merdeka ataupun budak.
وَالْمُبَعَّضُ وَالْمُكَاتَبُ وَالْمُدَبَّرُ كَالْعَبْدِ الْقِنِّ
Budak muba’adl, mukatab, dan budak mudabbar itu sama dengan budak yang murni.
Istisna’ (Mengecualikan) Dalam Talak
(وَيَصِحُّ الْاِسْتِثْنَاءُ فِيْ الطَّلَاقِ إَذَا وَصَلَهُ بِهِ)
Istisna’ dalam talak hukumnya sah ketika istisna’ bersambung dengan talak yang diucapkan.
أَيْ وَصَلَ الزَّوْجُ لَفْظَ الْمُسْتَثْنَى بِالْمُسْتَثْنَى مِنْهُ اتِّصَالًا عُرْفِيًّا بِأَنْ يُعَدَّ بِالْعُرْفِ كَلَامًا وَاحِدًا
Maksudnya sang suami menyambung lafadz “mustasna (yang dikecualikan)” dengan lafadz “mustasna minhu (yang diambil pengecualiannya)” dengan bentuk penyambungan secara ‘urf, dengan arti kedua lafadz tersebut dianggap satu perkataan secara ‘urf.
وَيُشْتَرَطُ أَيْضًا أَنْ يَنْوِيَ الْاِسْتِثْنَاءَ قَبْلَ فَرَاغِ الْيَمِيْنِ
Juga disyaratkan suami harus niat mengecualikan sebelum selesai mengucapkan kalimat talak.
وَلَا يَكْفِيْ التَّلَفُّظُ بِهِ مِنْ غَيْرِ نِيَّةِ الْاِسْتِثْنَاءِ
Dan tidak cukup mengucapkan pengecualian tanpa disertai niat untuk mengecualikan.
وَيُشْتَرَطُ أَيْضًا عَدَمُ اسْتِغْرَاقِ الْمُسْتَثْنَى الْمُسْتَثْنَى مِنْهُ
Dan juga disyaratkan yang dikecualikan (mustasna) tidak menghabiskan jumlah yang diambil pengecualiannya (mustasna minhu).
فَإِنِ اسْتَغْرَقَ كَأَنْتِ طَالِقٌ ثَلَاثًا إِلَّا ثَلَاثًا بَطَلَ الْاِسْتِثْنَاءُ .
Sehingga, jika menghabiskan seperti ucapan “engkau tertalak tiga kecuali tiga”, maka pengecualian tersebut batal.
Ta’liq (Penggantungan) Talak
(وَيَصِحُّ تَعْلِيْقُهُ) أَيِ الطَّلَاقِ (بِالصِّفَةِ وَالشَّرْطِ) كَإِنْ دَخَلْتِ الدَّارَ فَأَنْتِ طَالِقٌ فَتُطَلَّقُ إِذَا دَخَلَتْ
Sah menta’liq talak dengan sifat dan syarat. Seperti kata-kata “jika engkau masuk rumah, maka engkau tertalak”, maka sang istri menjadi tertalak ketika masuk rumah.
(وَ) الطَّلَاقُ لَا يَقَعُ إِلَّا عَلَى زَوْجَةٍ
Talak tidak bisa jatuh kecuali terhadap istri.
وَحِيْنَئِذٍ (لَا يَقَعُ الطَّلَاقُ قَبْلَ النِّكَاحِ)
Kalau demikian, maka talak tidak bisa jatuh -terhadap seorang wanita- sebelum menikah.
فَلَا يَصِحُّ طَلَاقُ الْأَجْنَبِيَّةِ تَنْجِيْزًا كَقَوْلِهِ لَهَا طَلَّقْتُكِ
Sehingga tidak sah mentalak wanita lain -bukan istri- dengan bentuk talak secara langsug seperti ucapan seorang laki-laki pada wanita tersebut, “aku mentalakmu.”
وَلَا تَعْلِيْقًا كَقَوْلِهِ لَهَا إِنْ تَزَوَّجْتُكِ فَأَنْتِ طَالِقٌ أَوْ إِنْ تَزَوَّجْتُ فُلَانَةً فَهِيَ طَالِقٌ .
Dan juga tidak dengan bentuk talak yang digantungkan seperti ucapan seorang laki-laki pada wanita yang bukan istrinya, “jika aku menikah denganmu, maka engkau tertalak”, atau “jika aku menikah dengan fulanah, maka ia tertalak.”
Orang-Orang Yang Tidak Sah Menjatuhkan Talak
(وَأَرْبَعٌ لَا يَقَعُ طَلَاقُهُمُ الصَّبِيُّ وَالْمَجْنُوْنُ) وَفِيْ مَعْنَاهُ الْمُغْمَى عَلَيْهِ
Ada empat orang yang tidak bisa menjatuhkan talak, yaitu anak kecil, orang gila, yang semakna dengan orang gila adalah orang epilepsi.
(وَالنَّائِمُ وَالْمُكْرَهُ) أَيْ بِغَيْرِ حَقٍّ
Orang yang tidur dan orang yang dipaksa menjatuhkan talak, maksudnya dengan tanpa alasan yang benar.
فَإِنْ كَانَ بِحَقٍّ وَقَعَ
Sehingga, jika pemaksaan tersebut di dasari dengan alasan yang benar, maka jatuh talak.
وَصُوْرَتُهُ كَمَا قَالَ جَمْعٌ إِكْرَاهُ الْقَاضِيْ لِلْمُوْلِيْ بَعْدَ مُدَّةِ الْإِيْلَاءِ عَلَى الطَّلَاقِ
Bentuk pemaksaan dengan alasan yang benar seperti penjelasan sekelompok ulama’, adalah pemaksaan talak yang dilakukan oleh seorang qadli terhadap suami yang melakukan sumpah ila’ setelah melewati masa ila’.
Syarat-Syarat Pemaksaan
وَشَرْطُ الْإِكْرَاهِ قُدْرَةُ الْمُكْرِهِ بِكَسْرِ الرَّاءِ عَلَى تَحْقِيْقِ مَا هَدَّدَ بِهِ الْمُكْرَهَ بِفَتْحِهَا بِوِلَايَةٍ أَوْ تَغَلُّبٍ
Syarat ikrah / paksaan adalah kemampuan al mukrih (orang yang memaksa), dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, untuk membuktikan ancamannya terhadap al mukrah (orang yang dipaksa), dengan terbaca fathah huruf ra’nya, baik dengan mengandalkan kekuasaan atau kekuatan.
وَعَجْزُ الْمُكْرَهِ بِفَتْحِ الرَّاءِ عَنْ دَفْعِ الْمُكْرِهِ بِكَسْرِهَا بِهَرَبٍ مِنْهُ أَوْ اسْتِغَاثَةٍ بِمَنْ يُخْلِصُهُ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ
Lemahnya al mukrah (orang yang dipaksa), dengan terbaca fathah huruf ra’nya, untuk melawan / menghentikan al mukrih (orang yang memaksa), dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, baik dengan lari darinya, meminta tolong pada orang yang bisa menyelamatkannya, atau cara-cara sesamanya.
وَظَنُّهُ أَنَّهُ إِنِ امْتَنَعَ مِمَّا أُكْرِهَ عَلَيْهِ فَعَلَ مَا خَوَّفَهُ بِهِ
Dan al mukrah (orang yang dipaksa) mempunyai dugaan bahwa sesungguhnya jika ia tidak mau melakukan apa yang dipaksakan padanya, maka al mukrih (orang yang memaksa) akan membuktikan ancamannya.
وَيَحْصُلُ الْإِكْرَاهُ بِالتَّخْوِيْفِ بِضَرْبٍ شَدِيْدٍ أَوْ حَبْسٍ أَوْ إِتْلَافِ مَالٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ
Pemaksaan bisa hasil dengan ancaman pukulan keras, penjara, merusakkan harta atau sesamanya.
وَإِذَا ظَهَرَ مِنَ الْمُكْرَهِ بِفَتْحِ الرَّاءِ قَرِيْنَةُ إخْتِيَارٍ بِأَنْ أُكْرِهَ شَخْصٌ عَلَى طَلَاقِ ثَلَاثٍ فَطَلَّقَ وَاحِدَةً وَقَعَ الطَّلَاقُ
Ketika dari al mukrah (orang yang dipaksa) nampak ada qarinah (petunjuk) bahwa ia melakukan dengan keinginan sendiri, dengan contoh semisal seseorang dipaksa menjatuhkan talak tiga namun kemudian dia menjatuhkan talak satu, maka talak yang ia lakukan sah / jatuh.
وَإِذَا صَدَرَ تَعْلِيْقُ الطَّلَاقِ بِصِفَةٍ مِنْ مُكَلَّفٍ وَوُجِدَتْ تِلْكَ الصِّفَةُ فِيْ غَيْرِ تَكْلِيْفٍ فَإِنَّ الطَّلَاقَ الْمُعَلَّقَ بِهَا يَقَعُ
Ketika ada orang mukallaf menggantungkan talak dengan sifat dan sifat tersebut baru wujud ketika orang tersebut tidak dalam keadaan mukallaf, maka sesungguhnya talak yang dita’liq dengan sifat tersebut menjadi jatuh.
وَالسَّكْرَانُ يَنْفُذُ طَلَاقُهُ كَمَا سَبَقَ
Orang yang sedang mabuk ketika menjatuhkan talak, maka talaknya sah seperti penjelasan di depan.
Posting Komentar untuk "Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Hak Talak"