Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Wanita-Wanita Mahram

Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Wanita-Wanita Mahram
Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Wanita-Wanita Mahram

Syarah Kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib Matan Abu Syuja telah diberikan penjelasan (syarah) oleh para ulama, salah satunya adalah kitab Fathul Qarib al-Mujib atau al-Qaulul Mukhtar fi Syarah Ghayah al-Ikhtishar karya Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy (918 H / 1512 M). Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Qasim bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazi al-Qahiri as-Syafi'i. Beliau lebih dikenal dengan "Ibn al-Gharabili". Beliau lahir di bulan Rajab 859 H/1455 M di Gaza, Palestina dan di kota inilah beliau memulai kehidupan. Tepatnya pada hari Rabu, 6 Muharram 918 H/1512 M beliau wafat.

Dalam kitab fathul qorib al-mujib ini dibahas tentang fiqih Mazhab Imam Syafi'i terdiri dari muqaddimah dan pembahasan ilmu fiqih yang secara garis besar terdiri atas empat bagian, yaitu tentang cara pelaksanaan ibadah, muamalat, masalah nikah, dan kajian hukum Islam yang berbicara tentang kriminalitas atau jinayat

berikut Terjemah Bab Wanita-Wanita Mahram Kitab Fathul Qorib teks arab berharakat disertai translate arti bahasa indonesia

Bab Wanita-Wanita Mahram

(فَصْلٌ وَ الْمُحَرَّمَاتُ) أَيِ الْمُحَرَّمُ نِكَاحُهُنَّ (بِالنَّصِ أَرْبَعَ عَشْرَةَ)

(Fasal) wanita-wanita yang diharamkan, maksudnya yang diharamkan untuk dinikahi dengan dalil Nash (Al Qur’an) ada empat belas.

وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ أَرْبَعَةَ عَشَرَ

Di dalam sebagian redaksi menggunakan ungkapan, “arba’ata ‘asyara.”

 


Mahram Jalur Nasab

(سَبْعٌ بِالنَّسَبِ وَهُنَّ الْأُمُّ وَإِنْ عَلَتْ وَالْبِنْتُ وَإِنْ سَفُلَتْ)

Yaitu tujuh wanita sebab nasab. Mereka adalah ibu walaupun hingga ke atas. Dan anak perempuan walaupun hingga ke bawah.

أَمَّا الْمَخْلُوْقَةُ مِنْ مَاءِ زِنَا شَخْصٍ فَتَحِلُّ لَهُ عَلَى اْلأَصَحِّ لَكِنْ مَعَ الْكَرَاهَةِ

Adapun anak wanita yang dihasilkan dari sperma zinanya seorang laki-laki, maka bagi laki-laki tersebut dihalalkan menikahinya menurut pendapat al ashah, akan tetapi hukumnya makruh.

وَسَوَاءٌ كَانَتِ الْمَزْنِيُّ بِهَا مُطَاوِعَةً أَوْ لَا

Baik wanita yang dizinai atas keinginan sendiri ataupun tidak.

وَأَمَّا الْمَرْأَةُ فَلَا يَحِلُّ لَهَا وَلَدُهَا مِنَ الزِّنَا

Sedangkan bagi seorang wanita maka tidak dihalalkan menikah dengan anaknya dari hasil zina.

(وَالْأُخْتُ) شَقِيْقَةً كَانَتْ أَوْ لِأَبٍّ أَوْ لِأُمٍّ

-yang ketiga- saudara perempuan, baik seayah seibu, seayah saja atau seibu saja.

(وَالْخَالَةُ) حَقِيْقَةً أَوْ بِتَوَسُّطٍ كَخَالَةِ الْأَبِّ اَوْ الْأُمِّ

-yang ke empat- bibik dari jalur ibu, baik secara hakikat atau dengan perantara seperti bibiknya ayah atau bibiknya ibu.

(وَالْعَمَّةُ) حَقِيْقَةً أَوْ بِتَوَسُّطٍ كَعَمَّةِ الْأَبِّ

-yang ke lima- bibik dari jalur ayah, baik secara hakikat atau dengan perantara seperti bibiknya ayah dari jalur ayah.

(وَبِنْتُ الْأَخِّ) وَبَنَاتِ أَوْلَادِهَا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثًى

-yang ke enam- putrinya saudara laki-laki dan cucu-cucu perempuannya dari anak laki-laki atau perempuan.

(وَبِنْتُ الْأَخْتِ) وَبَنَاتِ أَوْلَادِهَا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثًى

-yang ke tujuh- putrinya saudara perempuan dan cucu-cucu perempuannya dari anak laki-laki atau perempuan. 


Mahram Jalur Radla’

وَعَطَفَ الْمُصَنِّفُ عَلَى قَوْلِهِ سَابِقًا سَبْعٌ قَوْلَهُ هُنَّا (وَاثْنَتَانِ) أَيِ الْمُحَرَّمَاتُ بِالنَّصِّ اثْنَتَانِ (بِالرَّضَاعِ)

Mushannif meng-athafkan pada perkataan beliau di depan, “tujuh”, ungkapan beliau di sini, “dan dua wanita, maksudnya wanita-wanita mahram berdasarkan Nash Al Qur’an adalah dua wanita sebab radla’.

وَهُمَا (الْأُمُّ الْمُرْضِعَةُ وَالْأُخْتُ مِنَ الرَّضَاعِ)

Mereka adalah ibu yang menyusui dan saudara wanita dari radla’.

وَإِنَّمَا اقْتَصَرَ الْمُصَنِّفُ عَلَى اثْنَتَيْنِ لِلنَّصِّ عَلَيْهِمَا فِيْ الْأَيَةِ

Mushannif hanya menyebutkan dua wanita tersebut karena yang disebutkan di dalam Nash Al Qur’an hanya dua itu saja.

وَإِلَّا فَالسَّبْعُ الْمُحَرَّمَةُ بِالنَّسَبِ تَحْرُمُ بِالرَّضَاعِ أَيْضًا كَمَا سَيَأْتِيْ التَّصْرِيْحُ بِهِ بِمَا فِيْ كَلَامِ الْمَتْنِ.

Jika tidak demikian, maka tujuh wanita yang diharamkan sebab nasab juga diharamkan sebab radla’ sebagaimana yang akan ditegaskan di dalam ungkapan matan.


Mahram Jalur Pernikahan 

(وَ) الْمُحَرَّمَاتُ بِالنَّصِّ (أَرْبَعٌ بِالْمُصَاهَرَةِ)

Dan wanita-wanita mahram berdasarkan Nash Al Qur’an adalah empat wanita sebab pernikahan.

وَهِيَ (أُمُّ الزَّوْجَةِ) وَإِنْ عَلَتْ أُمُّهَا سَوَاءٌ مِنْ نَسَبٍ أَوْ رَضَاعٍ سَوَاءٌ وَقَعَ دُخُوْلُ الزَّوْجِ بِالزَّوْجَةِ أَمْ لَا

Mereka adalah ibunya istri walaupun ibunya yang seatas, baik dari jalur nasab atau radla’. Baik suami sempat jima’ dengan si istri ataupun tidak.

(وَالرَّبِيْبَةُ) أَيْ بِنْتُ الزَّوْجَةِ (إِذَا دَخَلَ بِالْأُمِّ وَزَوْجَةُ الْأَبِّ) وَإِنْ عَلَا

-yang kedua dan ketiga- rabibah (anak tiri), maksudnya putrinya sang istri ketika sang suami sempat melakukan jima’ dengan ibunya rabibah tersebut. Dan istrinya ayah, walaupun ayah seatasnya.

(وَزَوْجَةُ الْاِبْنِ) وَإِنْ سَفُلَ

-yang ke empat- istrinya anak laki-laki walaupun hingga ke bawah. 


Wanita Yang Hanya Haram Dikumpulkan

وَالْمُحَرَّمَاتُ السَّابِقَةُ حُرْمَتُهَا عَلَى التَّأْبِيْدِ

Wanita-wanita yang telah dijelaskan di atas adalah wanita yang haram dinikah untuk selamanya.

(وَ وَاحِدَةٌ) حُرْمَتُهَا لَا عَلَى التَّأْبِيْدِ بَلْ (مِنْ جِهَّةِ الْجَمْعِ) فَقَطْ

Dan ada satu wanita yang haram dinikah namun tidak untuk selamanya akan tetapi dari sisi tidak boleh dikumpulkan saja.

(وَهِيَ أُخْتُ الزَّوْجَةِ)

Dia adalah saudara perempuannya istri.

فَلَا يَجْمَعُ بَيْنَهَا وَبَيْنَ أُخْتِهَا مِنْ أَبٍّ أَوْ أُمٍّ أَوْ بَيْنَهُمَا نَسَبٌ أَوْ رَضَاعٌ وَلَوْ رَضِيَتْ أُخْتُهَا بِالْجَمْعِ.

Sehingga bagi seorang laki-laki tidak diperkenankan mengumpulkan -dalam pernikahan- antara seorang wanita dengan saudara wanitanya sekaligus, baik yang seayah atau seibu, atau di antara dua wanita tersebut terdapat hubungan nasab atau radla’, walaupun saudara perempuan wanita yang dinikah itu rela untuk dimadu / dikumpulkan.

(وَلَا يَجْمَعُ) أَيْضًا (بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا وَلَا بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا)

Seorang laki-laki juga tidak diperkenankan mengumpulkan antara seorang wanita dengan bibik wanita tersebut dari jalur ayah, dan antara seorang wanita dengan bibiknya dari jalur ibu.

فَإِنْ جَمَعَ الشَّخْصُ بَيْنَ مَنْ حَرُمَ الْجَمْعُ بَيْنَهُمَا بِعَقْدٍ وَاحِدٍ نَكَحَهُمَا فِيْهِ بَطَلَ نِكَاحُهُمَا

Sehingga, jika seorang laki-laki mengumpulkan antara wanita-wanita yang haram dikumpulkan dengan satu akad untuk menikahi keduanya, maka akad nikah keduanya batal.

أَوْ لَمْ يَجْمَعْ بَيْنَهُمَا بَلْ نَكَحَهُمَا مُرَتَّبًا  فَالثَّانِيْ هُوَ الْبَاطِلُ إِنْ عُلِمَتِ السَّابِقَةُ

Atau tidak mengumpulkan keduanya dalam satu akad akan tetapi menikahi keduanya secara berurutan, maka akad nikah yang kedua batal jika memang diketahui secara pasti wanita yang diakad terlebih dahulu.

فَإِنْ جُهِلَتْ بَطَلَ نِكَاحُهُمَا

Sehingga, jika tidak diketahui, maka akad nikah keduanya menjadi batal.

وَإِنْ عُلِمَتِ السَّابِقَةُ ثُمَّ نُسِيَتْ مُنِعَ مِنْهُمَا

Jika akad wanita yang pertama diketahui namun kemudian lupa yang mana, maka laki-laki tersebut dilarang mendekati keduanya.

وَمَنْ حَرُمَ جَمْعُهُمَا بِنِكَاحٍ حَرُمَ جَمْعُهُمَا أَيْضًا فِيْ الْوَطْءِ بِمِلْكِ الْيَمِيْنِ

Dua wanita yang haram dikumpulkan dalam satu pernikahan, maka juga haram dikumpulkan di dalam wathi’ dengan milku yamin (kepemilikan budak).

وَكَذَا لَوْ كَانَتْ إِحْدَاهُمَا زَوْجَةً وَالْأُخْرَى مَمْلُوْكَةً

Begitu juga haram jika salah satunya menjadi istri dan yang lainnya dimiliki sebagai budak.

فَإِنْ وَطِئَ وَاحِدَةً مِنَ الْمَمْلُوْكَتَيْنِ حَرُمَتِ الْأُخْرَى حَتَّى يَحْرُمَ الْأُوْلَى بِطَرِيْقٍ مِنَ الطُّرُقِ  كَبَيْعِهَا أَوْ تَزْوِيْجِهَا

Jika ia telah mewathi’ salah satu dari dua budak wanita yang ia miliki -yang haram untuk dikumpulkan-, maka budak yang satunya haram untuk diwathi’, kecuali budak wanita yang pertama telah haram baginya dengan salah satu jalan seperti menjual atau menikahkannya dengan orang lain.

وَأَشَارَ لِضَابِطِ كُلِّيٍّ بِقَوْلِهِ.

Mushannif memberi isyarah pada batasan secara umum dengan ungkapan beliau,

(وَيَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ)

Wanita-wanita yang haram dari jalur nasab juga haram dari jalur radla’.

وَسَبَقَ أَنَّ الَّذِيْ يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ سَبْعٌ فَيَحْرُمُ بِالرَّضَاعِ تِلْكَ السَّبْعُ أَيْضًا

Telah dijelaskan bahwa sesungguhnya wanita yang haram dari jalur nasab ada tujuh orang, maka tujuh orang tersebut juga haram dari jalur radla’.


Posting Komentar untuk "Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Wanita-Wanita Mahram"